Perilaku seksual ialah perilaku
yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang
telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan
suami istri. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang
dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun
menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Berdasarkan data
penelitian pada 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta,
Bandung, Surabaya, dan Makassar, masih berkisar 47,54 persen remaja-remaja di
Indonesia mengaku pernah melakukan hubungan sekspranikah. Sementara data hasil
survei pada tahun 2008 oleh Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan menunjukkan,
sebanyak 63 persen remaja SMP sudah melakukan hubungan seks. Sedangkan 21
persen siswa SMA pernah melakukan aborsi. Fakta tersebut membuktikan bahwa
kasus ini banyak terjadi di kalangan pelajar sekolah menengah sampai kalangan
mahasiswa. Sehingga hal ini menjadi catatan hitam di dalam dunia pendidikan
Indonesia. Lebih gawatnya lagi, seks bebas (free sex) itu kini telah menjadi
tren oleh beberapa kelompok pelajar serta merupakan bagian dari budaya yang ada
di masyarakat.
Perilaku
seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat
diamati secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut
tergerak untuk melakukan perilaku seks pranikah.
Motivasi
merupakan penggerak perilaku. Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan
perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan
oleh motivasi yang berbeda. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk
melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah
tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh
perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai
komitmen yang jelas (menurut Sternberg hal ini dinamakan romantic love); atau
karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi
bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh
kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah.
Faktor lain
yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia
didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum
diketahui. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin
mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui
pengalaman mereka sendiri. Disinilah suatu masalah acap kali muncul dalam
kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang
berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun
dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual
remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah
berkembangnya organ seksual.
Cukup naïf
bila kita tidak menyinggung faktor lingkungan, yang memiliki peran yang tidak
kalah penting dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya. Faktor
lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peer-group),
pengaruh media dan televisi, bahkan faktor orang tua sendiri.
Pada masa
remaja, kedekatannya dengan peer-groupnya sangat tinggi karena selain ikatan
peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi,
simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja
untuk mencapai otonomi dan independensi.
Maka tak
heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang
diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan
dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut,
dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan
rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk
menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang
diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu
sendiri.
Pengaruh
media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya
sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan
barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu
menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka,
terkadang tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma
dalam lingkungan masyakarat yang berbeda.
Menyimak
fenomena tersebut, segala peraturan dan tindakan hukum telah dilakukan. Akan
tetapi masih saja sulit untuk diatasi dan belum ditemukan solusi yang terbaik.
Jika dicermati maraknya tindakan asusila dan pergaulan bebas (free sex) di
beberapa kelompok pelajar disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor
penyebab utamanya yaitu minimnya pengetahuan seks yang benar dan terpadu
melalui pendidikan formal (sekolah) maupun informal (orang tua).
Oleh karena
itu sex education sudah seharusnya diberikan kepada peserta didik sejak dini,
terlebih buat yang sudah beranjak remaja, meskipun masih diambang pro dan
kontra. Namun hal ini di anggap penting karena mengacu pada dua aspek, yaitu
untuk mencegah ambigunya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi di kalangan remaja. Karena rata-rata saat para pelajar tumbuh
menjadi remaja, mereka belum mengerti dengan seks, sebab orang tua masih
menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu. Sehingga para
pelajar yang begitu penasaran akan pengetahuan seks akan mencari tahu sendiri
informasi terkait seks melalui berbagai media. Karena saat ini berbeda dengan
pada masa lalu, informasi tentang seks begitu gampangnya diakses oleh siapapun.
Apalagi sikap remaja saat ini sangat kritis, yang selalu ingin tahu dan ingin
mencoba.
Bahkan
akibat faktor tersebutlah, mereka tanpa sadar telah terjerumus ke dalam hal-hal
negatif seperti free sex, tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang
tidak diinginkan, sampai pada penularan PSM seperti halnya HIV AIDS. Hal inilah
yang dijadikan aspek kedua.
Sesungguhnya
tidak bisa dipungkiri jika berbicara tentang seks di mana saja adalah topik
yang seru dan heboh. Norma dalam masyarakat pun menganggapbahasan seks masih tabu
untuk dibicarakan secara transparan dan hanya untuk konsumsi mereka yang
dewasa. Terlepas dari itu semua, saat ini seks bukan lagi merupakan hal yang
heboh dan tabu yang membuat kita malu-malu untuk membahasnya. Karena yang
terpenting adalah manfaat yang bisa kita petik.
Maka dari
itu kini perlu ditekankan kembali pentingnya sex education diberikan kepada
anak-anak sampai usia dewasa. Namun sebelumnya perlu dipahami bahwasex
education ini bukan berarti untuk mendorong anak didik mempraktikan perilaku seks
dengan lawan jenisnya. Namun justru untuk mencegah dan melindungi anak didik
dari segala tindakan yang mengarah pada seks bebas serta diberikan informasi
dan pembelajaran seks yang benar.
Adapun yang
perlu diperhatikan adalah cara menyampaikan pendidikan seks harus
diintegrasikan dengan pendidikan agama. Karena peran agama sendiri adalah
mendidik moral. Terutama lebih ditekankan tentang hukum dalam agama termasuk
siksa dan sanksinya, juga moral dalam pandangan keluarga dan masyarakat
sekitar.
Sex education
itu harus diajarkan sedini mungkin dan setiap tahapan perkembangan anak pun
harus berbeda edukasi yang diberikan. Selain itu juga harus diberikan dengan
penjelasan yang jelas dan berhati-hati agar tidak terjadi salah penafsiran bagi
si anak. Selanjutnya disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekarang, latar
pendidikan, dan latar keluarga.
Untuk itu
perlu adanya penyamaan persepsi tentang sex education. Bahwasanya sex education
bukan mengajarkan bagaimana melakukan hubungan seks yang baik, tapi membekali diri
agar dapat mengubah perilaku seksualnya ke arah yang lebih bertanggungjawab
atau belajar apa yang akan timbul (dampak) dari aktivitas seks tersebut bagi
peserta didik.
Pada
akhirnya, untuk menyikapi fenomena seks pra nikah dikembalikan kepada kita semua
para pembaca dan masyarakat. Apakah fenomena seks pra nikah dianggap sebagai
fenomena yang mengkhawatirkan dan tidak normal ataukah hanya menjadi sebuah
fenomena sosial semata. Bagi kebanyakan dari kita mungkin akan berusaha untuk
menutup mata, sekalipun masih tersirat sedikit keprihatinan.
Daftar
Pustaka :
Dunia
Psikologi.(2008, 19 November). Fenomena Seks Pra Nikah. Diperoleh 02 Januari
2013.
http://www.duniapsikologi.com/fenomena-seks-pra-nikah-remaja/
Edukasi
Kompasiana, (2012, 07 September). Sex Education Solusi Dini Terhadap Remaja
Masa Kini. Diperoleh 02 Januari 2013.
http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/07/%E2%80%9Csex-education-solusi-dini-terhadap-remaja-masa-kini%E2%80%9D-484827.html
Sumber :
http://www.duniapsikologi.com/fenomena-seks-pra-nikah-remaja/
http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/07/%E2%80%9Csex-education-solusi-dini-terhadap-remaja-masa-kini%E2%80%9D-484827.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar