A. PERBEDAAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
Sikap yang negative disebut prasangka. Walaupun dapat kita garis bawahi bahwa prasangka dapat juga dalam negatif. Tidak sedikit orang-orang yang mudah berprasangka.”Mengapa terjadi perbedaan cukup mencolok?” Tampaknya kepribadian dan intelegensiajuga factor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka.
Namun belum jelas benar cirri-ciri kepribadian mana yang membuat seseorang mudah berprasangka. Sementara pendapat menyebutkan bahwa orang yang berintelekgensi yang tinggi,lebih suka berprasangka. Mengapa? karena orang-orang macam ini bersifat dan bersikap kritis. Kondisi lingkungan atau wilayah yang tidak mapan pun cukup beralasan untuk dapat menimbulkan prasangka suatu individu atau kelompok social tertentu.
Dalam kondisi persaingan untuk mencapai akumulasi materiil tertentu, atau untuk meraih status social bagi suatu individu atau kelompk social tertentu, pada suatu lingkungan atau wilayah dimana norma-norma dan tata hukum dalam kondisi goyah, dapat merangsang munculnya prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan jelas. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjukkan kepada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu dan tidak dapat dipisahkan.
Seorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Demikian juga sebaliknya,seseorang yang berprasangka dapat saja berprilaku tidak diskriminatif. Di Indonesia kelompk keturunan Cina sebagai kelompok minoritas,sering menjadi sasaran rasial,walaupun secara yuridis telah menjadi warga Negara Indonesia dan dalam UUD 1945 BAB X Pasal 27 dinyatakan bahwa semua warga Negara mempunyai kedudukan yang sama adlam hukum dan permerintahan.
Sikap berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang didengar. Apabila muncul suatu sikap yang berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok social lain,atau terhadap suatu suku bangsa,kelompk etnis tertentu, bias jadi akan menimbulkan pertentangan-pertentangan social yang lebih luas. Suatu contoh: beberapa peristiwa yang semula menyangkut berapa orang saja, sering menjadi luas,melibatkan sejumlah orang.Akan menjadi riskan lagi apabila peristiwa itu menjalar lebih luas, sehingga melibatkan orang-orang disuatu wilayah tertentu, yang diikuti dengan tindakan² kekerasan dan destruktif dengan berakibat mendatangkan kerugian yang tidak kecil.
Contoh lain: prasangka diskriminasi ras yang terjadi di Afrika Selatan, prasangka Negara Israel dengan Negara-negara di Timur Tengah berkebang menjadi pertentangan social. Contoh factual lain berkisar pada tahun 1985 orang-orang Papua Nugini sebagai tetangga dekat Indonesia pernah berprasangka bahwa Negara Indonesia melewati tapal batas wilayah Papua Nugini. Fakta dilapangan memang meyakinkan bahwa terdapat ribuan orang dari provinsi Papua masuk ke Negara Papua Nugini.Setelah hasil pengusutan dan hasil penelitian dipelajari dengan seksam oleh pemerintah, ternyata ada perusuh dan pembangkang terhadap pemerintah Indonesia.
B. SEBAB-SEBAB TIMBULNYA PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
a) Berlatar belakang sejarah
b)Dilatar belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional.
c)Bersumber pada factor kepribadian.
d)Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan,kepercayaan dan agama.
C. DAYA UPAYA UNTUK MENGURANGI/MENGHILANGKAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
a)Perbaikan kondisi social ekonomi
b)Perluasan kesempatan belajar
c)Sikap terbuka dan sikap lapang
ETNOSENTRISME
Suku bangsa, ras cenderung menganggap budaya mereka sebagai salah suatu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alamdan sebagainya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki dipandang sebagai suatu yang kurang baik, kurang estetis, bertentangan dengan kodrat alam dan sebagainya. Hal-hal yang disebutkan diatas disebut ETNOSENTRISME yaitu, suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme sepertinya memang merupakan gejala social yang universal, dan sikap yang demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar. Dengan demikian etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterprestasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam komunikasi. Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang Jerman pada zaman NAZI Hitler. Mereka merasa dirinya lebih superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dan sebagainya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar